BAB
I
Pendahuluan
I.
Rumusan Masalah
v Secara
Umum
- Apa yang melatarbelakangi Perang Tondano terjadi ?
- Siapa sajakah yang terlibat dalam perang ini ?
- Kapan perang ini terjadi ?
- Mengapa dinamakan “Perang Tondano” ?
- Dimana perang ini terjadi ?
- Menjadi berapa bagiankah perang ini ?
- Mengapa perang ini terjadi dalam 2 kali pada waktu yang singkat ?
- Apa dampak dari Perang Tondano ini ?
- Apa nilai juang yang dapat diambil dari Perang Tondano ini
v Perang
Tondano I
- Apa penyebab utama Perang Tondano I terjadi ?
- Bagaimana proses Perang Tondano I terjadi ?
- Mengapa gubernur Simon Cos tergerak untuk mengeluarkan Ultimatum ?
- Apa isi Ultimatum tersebut ?
v Perang Tondano II
- Apa penyebab utama Perang Tondano II terjadi ?
- Bagaimana proses Perang Tondano II terjadi ?
- Siapakah pemimpin daripada ukung yang membakar semangat para ukung lain untuk melawan Kolinial Belanda ?
- Bagaimana strategi Gubernur Prediger dalam melawan rakyat Minahasa ?
II.
Tujuan
Masalah
- Mengetahui waktu dan tempat perang Tondano
- Mengetahui latar belakang terjadi nya perang Tondano
- Mengidentifikasi proses perang Tondano
- Mengetahui pihak-pihak yang terlibat dalam perang Tondano
- Mengevaluasi dampak dan nilai perjuangan perang Tondano
III. Hipotesis Rumusan Masalah
v Secara
Umum
- Perang Tondano terjadi karena sikap Belanda kepada rakyat Minahasa yang semena-mena dan membuat rakyat Minahasa menderita dalam bentuk kolonialisme
- Yang terlibat dalam perang ini ialah, rakyat Minahasa (Sulawesi Utara) dan Pemerintah Belanda termasuk VOC
- Perang ini terjadi pada tahun 1808 – 1809
- Karena perang ini terjadi di Tanah Minahasa, yang sering disebut Tondano. Sulawesi Utara
- Perang ini terjadi di Sulawesi Utara
- Perang ini menjadi 2 bagian, yaitu Perang Tondano I dan Perang Tondano II
- Perang ini terjadi 2 kali dalam waktu singkat karena, ada maksud terselubung pemerintah belanda selain ingin mengambil kekayaan alam Minahasa. Belanda juga ingin memperkerjakan rakyat minahasa untuk kepentingan pribadi nya
- Dampak Perang Tondano, ialah :
Ø Jatuhnya
korban dari kedua belah pihak
Ø Kerugian
materi maupun non materi dari kedua belah pihak
Ø Jatuhnya
daerah Tondano ke tangan Belanda
Ø Penderitaan
rakyat yang semakin memburuk
Ø Terpengaruhnya
orang-orang Minahasa (pejabat pribumi) oleh Belanda
i.
Nilai juang yang dapat diambil dari Perang
Tondano ini, ialah :
Ø Cinta
terhadap tanah kelahiran
Ø Rela
berkorban demi kemerdekaan
Ø Sikap
pantang menyerah
Ø Berani
menentang perbuatan yang salah
Ø Menentang
penjajahan demi kesejahteraan masyarakat
v Perang
Tondano I
- Penyebab utama Perang Tondano I ialah, kehendak VOC untuk memaksakan kehendak rakyat Minahasa untuk menjual hasil bumi nya kepada VOC
- Proses Perang Tondano I terjadi, sangat menggemparkan tanah Minahasa karena kehendak VOC yang begitu memaksa kepada rakyat Minahasa hingga rakyat Minahasa harus mencari tempat tinggal baru dan mereka terpaksa mengikuti perintah VOC agar tetap hidup dan tinggal di tanah Minahasa
- Latar belakang Gubernur Simon Cos mengeluarkan Ultimatum ialah karena pasukan VOC mengepung kekuatan orang-orang Minahasa yang berpusat di Danau Tondano
- Isi ultimatum tersebut ialah :
Ø
Orang-orang Tondano harus menyerahkan para
tokoh pemberontak kepada VOC
Ø
Orang-orang Tondano harus membayar ganti
rugi dengan menyerahkan 50-60 budak sebagai ganti rugi rusaknya tanaman padi
karena genangan air sungai Temberan
v
Perang Tondano II
- Penyebab utama Perang Tondano II ialah, kebijakan Daendels merekrut pasukan dari kalangan Pribumi secara paksa
- Proses Perang Tondano II terjadi sangat membara amarah rakyat Minahasa khusunya para ukung. Terjadi perlawanan terjadi sangat hebat dan berjatuhan banyak korban. Perang ini berlangsung cukup lama. Hingga akhirnya, benteng para pejuang Minahasa hancur bersama rakyat Minahasa. Para pejuang Minahasa memilih mati daripada menyerah
- Ukung Lonto, seorang pemimpin yang menegaskan rakyat Minahasa harus melawan Kolonial Belanda
- Strategi Gubernur Prediger dalam melawan rakyat Minahasa ialah :
Ø
Mengirim pasukan ke Minahasa
Ø
Membendung sungai Temberan
Ø
Membentuk 2 pasukan tangguh, untuk
menyarah rakyat Minahasa dari 2 sisi
BAB
II
Pembahasan
Perang Tondano
“Perang
tondano yabg terjadi pada 1808-1809 adalah perang yang melibatkan orang
Minahasa di Sulawesi Utara dan pemerintah kolonial Belanda pada permulaan abad XIX.Perang
pada permulaan abad XIX ini terjadi akibat dari implementasi politik pemerintah
Kolonial Hindia Belanda oleh para pejabatnya di Minahasa,terutama upaya
mobilisasi pemuda untuk dilatih menjadi tentara”.
A.
Perang
Tondano I
Sekalipun hanya berlangsung sekitar
satu tahun perang Tondano dikenal dalam dua tahap.Perang Tondano I terjadi pada
masa kekuasaan VOC.Pada saat datangnya bangsa barat orang-orang Spanyol sudah
sampai di tanah Minahasa (Tondano) Sulawesi Utara.Orang-orang Spanyol disamping
berdagang juga menyebarkan agama Kristen.Tokoh yang berjasa dalam penyebaran
agama Kristen di Minahasa adalah Fransiscus Xaverius.Hubungan dagang orang
Minahasa dan Spanyol terus berkembang.Tetapi mulai abad XVII hubungan dagang
antara keduanya mulai terganggu dengan
kehadiran para pedagang VOC.Waktu itu VOC telah berhasil menanamkan
pengaruhnya di Ternate.Bahkan Gubernur Ternate Simon Cos mendapatkan
kepercayaan dari Batavia untuk membebaskan Minahasa dari pengaruh Spanyol.Simon
Cos kemudian menempatkan kapalnya di Selat Lembeh untuk mengawasi pantai Timur
Minahasa.Para pedagang Spanyol dan juga Makasar yang bebas berdagang mulai
tersingkir karena ulah VOC.Apalagi waktu itu Spanyol harus meninggalkan
kepulauan Indonesia untuk menuju Filipina.
VOC berusaha memaksakan kehendak
agar orang-orang Minahasa menjual berasnya kepada VOC.Oleh karena VOC sangat
membutuhkan beras untuk melakukan monopoli perdagangan beras di Sulawesi
Utara.Orang-orang Minahasa menentang usaha monopoli tersebut.Tidak ada pilihan
lain bagi VOC kecuali memerangi orang-orang Minahasa.Untuk melemahkan
orang-orang Minahasa,VOC membendung sungai Temberan.Akibatnya aliran sungai
meluap dan menggenangi tempat tinggal rakyat dan para pejuang
Minahasa.Orang-orang Minahasa kemudian memindahkan tempat tinggalnya di Danau
Tondano dengan rumah-rumah apung.Pasukan VOC kemudian mengepung kekuatan
orang-orang Minahsa yang berpusat di Danau Tondano.Simon Cos kemudian
memberikan ultimatum yang isinya antara lain:
1. Orang-orang
Tondano harus menyerahkan para tokoh pemberontak kepada VOC,
2. Orang-orang
Tondano harus membayar ganti rugi dengan menyerahkan 50-60 budak sebagai ganti
rugi rusaknya tanaman padi karena genangan air sungai Temberan.
Ternyata
rakyat Tondano bergeming dengan ultimatum VOC tersebut.Simon Cos sangat kesal
karena ultimatumnya tidak berhasil.Pasukan VOC akhirnya ditarik mundur ke
Manado.Setelah itu rakyat Tondano menghadapi masalah dengan hasil pertanian
yang menumpuk,tidak ada yang membeli.Dengan terpaksa mereka kemudian mendekati
VOC untuk membeli hasil-hasil pertaniannya.Dengan demikian terbukalah tanah
Minahasa oleh VOC.Berakhirlah Perang Tondano I Orang-orang Minahasa itu
kemudian memindahkan perkampungannya di danau Tondano ke perkampungan baru di
daratan yang diberi nama Minawanua (ibu negeri)
B.
Perang
Tondano II
Perang Tondano II sudah terjadi
ketika memasuki abad ke -19,yakni pada masa pemerintahan kolonial
Belanda.Perang ini dilatarbelakangi oleh kebijakan Gubernur Jenderal
Daendels.Daendels yang mendapat mandat untuk memerangi Inggris,memerlukan
pasukan dalam jumlah besar.Untuk menambah jumlah pasukan maka direkrut pasukan
dari kalangan pribumi.Mereka yang dipilih adalah suku-suku yang memliki
keberanian berperang.Beberapa suku yang dianggap memiliki keberanian adalah
orang-orang Madura,Dayak dan minahasa.Atas perintah Daendels melalui kapten
Hartingh,Residen Manado Prediger segera mengumpulkan para ukung.
(ukung
adalah pemimpin dalam suatu wilayah walak atau daerah setingkat distrik).Dari
Minahasa ditarget untuk mengumpulkan calon pasukan sejumlah 2.000 orang yang
akan dikirim ke Jawa.Ternyata orang-orang Minahasa umumnya tidak setuju dengan
program Daendels untuk merekrut pemuda-pemuda Minahasa sebagai pasukan
kolonial.Banyak diantara para ukung mulai meninggalkan rumah.Mereka justru ingin
mengadakan perlawanan terhadap Kolonial Belanda.Mereka memusatkan aktivitas
perjuangannya di Tondano,Minawanua.Salah seorang pemimpin perlawanan itu adalah
ukung Lonto.Ia menegaskan rakyat Minahasa harus melawan colonial Belanda
sebagai bentuk penolakan terhadap program
pengiriman 2.000 pemuda Minahasa ke Jawa serta menolak kebijakan
Kolonial yang memaksa agar rakyat menyerahkan beras secara Cuma-Cuma kepada
Belanda.
Dalam suasana yang semakin kritis
itu tidak ada pilihan lain bagi Gubernur Prediger kecuali mengirim pasukan
untuk menyerang pertahanan untuk menyerang pertahanan orang-orang Minahasa di
Tondano,Minawanua.Belanda kembali menerapkan strategi dengan membendung Sungai
Temberan.Prediger juga membentuk dua pasukan tangguh.Pasukan yang satu dipersiapkan
menyerang dari Danau Tondano dan pasukan yang lain menyerang Minawanua dari
darat.Tanggal 23 Oktober 1808 pertempuran mulai berkobar.Pasukan Belanda yang
berpusat di Danau Tondano berhasil melakukan serangan dan merusak pagar bambu
berduri yang membatasi danau dengan perkampungan Minawanua,sehingga menerobos
pertahanan orang-orang Minahasa di Minawanua.Walapun sudah malam para pejuang
tetap dengan semangat yang tinggi terus bertahan dan melakukan perlawanan dari
rumah ke rumah.Pasukan Belanda merasa kewalahan.Setelah pagi hari tanggal 24
Oktober 1808 pasukan Belanda dari darat membombardir kampung pertahanan
Minawanua.Serangan terus dilakukan Belanda sehingga kampung itu seperti tidak
ada lagi kehidupan.Pasukan Prediger mulai mengendorkan serangannya.Tiba-tiba
dari perkampungan itu orang-orang Tondano muncul dan menyerang dengan hebatnya
sehingga beberapa korban berjatuhan dari pihak Belanda.Pasukan Belanda terpaksa
ditarik mundur.Seiring dengan itu Sungai Temberan yang dibendung mulai meluap
sehingga mempersulit pasukan Belanda sendiri.Dari jarak jauh Belanda terus
menghujani meriam ke Kampung Minawanua,tetapi tentu tidak efektif.Begitu juga
serangan yang dari danau tidak mampu mematahkan semangat juang orang-orang
Tondano,Minawanua.Bahkan terpetik berita kapal Belanda yang paling besar
tenggelam di Danau.
Perang
Tondano II berlangsung cukup lama,bahkan sampai Agustus 1809.Dalam suasana
kepenatan dan kekurangan makanan mulai ada kelompok pejuang yang memihak kepada
Belanda.Namun dengan kekuatan yang ada para pejuang Tondano terus memberikan
perlawanan.Akhirnya pada tanggal 4-5 Agustus 1809 Benteng pertahanan Moraya
milik para pejuang hancur bersama rakyat yang berusaha mempertahankan.Para
pejuang itu memilih mati dari pada menyerah.
C. Dampak Perang Tondano
Dampak
perang Tondano, antara lain :
1.
VOC telah berhasil mempengaruhi di ternate
2.
pedagang makassar yg bebas berdagang mulai
tersingkir oleh VOC
3.
Jatuhnya korban dari kedua belah pihak
4.
Kerugian materi maupun non materi dari
kedua belah pihak
5.
Jatuhnya daerah Tondano ke tangan Belanda
6.
Penderitaan rakyat yang semakin memburuk
7.
Terpengaruhnya orang-orang Minahasa
(pejabat pribumi) oleh Belanda
D. Nilai Perjuangan dari Perang Tondano
Nilai
perjuangan dari Perang Tondano, antara lain :
1.
Cinta
terhadap tanah kelahiran
2.
Rela
berkorban demi kemerdekaan
3.
Sikap
pantang menyerah
4.
Berani
menentang perbuatan yang salah
5.
Menentang
penjajahan demi kesejahteraan masyarakat
BAB III
Penutup
Kesimpulan :
Perang Tondano (1808 – 1809) yang
terbagi menjadi Perang Tondano I dan Perang Tondano II yang melibatkan Rakyat
Minahasa di Sulawesi Utara dan pemerintah kolonial belanda. Latar belakang
perang ini terjadi akibat implementasi politik pemerintah kolonial Belanda oleh
para pejabatnya di Minahasa, terutama upaya mobilisasi pemuda untuk dilatih
jadi pasukan Belanda untuk kepentingan Belanda. Ini merupakan perang yang
memiliki nilai juang yang sangat tinggi. Rakyat Minahasa membakar semangat dan
rela berkorban untuk melawan sikap Kolonial Belanda yang semena-mena.
Perlawanan ini menelan banyak korban. Para pejuang “ Rela mati daripada harus
menyerah “
Daftar Pustaka
http://restuip.blogspot.co.id/2015/04/perang-tondano-sulawesi-utara.html